/*credits : http://trik-tips.blogspot.com */ #tabshori { float:left; width:100%; font-size:13px; border-bottom:1px solid #2763A5; /* Garis Bawah*/ line-height:normal; } #tabshori ul { margin:0; padding:10px 10px 0 50px; /*Posisi Menu*/ list-style:none; } #tabshori li { display:inline; margin:0; padding:0; } #tabshori a { float:left; background: url("http://superinhost.com/gambar/blackleft.gif") no-repeat left top; margin:0; padding:0 0 0 4px; text-decoration:none; } #tabshori a span { float:left; display:block; background: url("http://superinhost.com/gambar/blackright.gif") no-repeat right top; pad

Minggu, 21 Oktober 2012

Bosen Kerja atau Kerjaannya membosankan??


Ada sebuah pertanyaan klasik yang akan selalu membuat kita gampang – gampang sulit menjawabnya; "Apa cita-cita Anda?" Jika pertanyaan ini dilontarkan pada seorang anak TK atau SD, maka akan dengan lantang mereka akan menjawab: "Saya ingin jadi Presiden"; "Saya ingin jadi Dokter"; "Saya ingin jadi Pengusaha Sukses" serta jawaban-jawaban lain yang bahkan pernah kita lontarkan saat kita berada di usia tersebut.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita secara konsisten menjawab dengan jawaban yang sama saat kita berada di bangku kuliah atau bahkan pada saat kita bekerja sekarang? Sebagian dari kita mungkin memberikan jawaban yang sama, namun sebagian besar dari kita mungkin menjawab hal yang berbeda. Mengapa?
Hal ini terjadi karena saat ditanya mengenai cita-cita ketika kita masih kecil, kita hanya berorientasi pada hasil akhir. Pada usia tersebut, kita hanya melihat potret seorang dokter sebagai pihak otoriter yang bisa menyembuhkan seseorang, presiden yang memiliki pengawal, mobil mewah, dan memimpin suatu negara, atau pengusaha sukses yang seolah memiliki kekayaan tak terbatas, tanpa melihat proses yang ada untuk mencapai hal tersebut.


Dampaknya, ketika kita lulus dari bangku kuliah, dalam memilih pekerjaan terkadang kita hanya tergiur dengan besarnya nama perusahaan, profil sukses seorang manajer, benefit yang mungkin didapatkan, tanpa memperhatikan proses atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai hal tersebut. Hal ini banyak sekali ditemui di zaman modern ini sehingga kalimat-kalimat di bawah ini banyak terdengar di bis, kantin, twitter, status bbm, dan media lainnya.
"Duh bosen nih, kerjaannya kok admin banget yah"
"BT nih… Bos gw nggak asyik"
"Orang-orang di tim gw bikin emosi mulu, nggak betah gw"
"Bosen banget nih kerjaannya itu itu aja nggak ada tantangannya"
"Duh gue nggak suka jualan kok disuruh jualan"
Kebosanan merupakan salah satu sindrom yang sering dialami oleh karyawan, bahkan karyawan yang baru bekerja kurang dari satu tahun. Hal ini mengakibatkan mereka akan seperti kutu loncat (pindah-pindah pekerjaan). Namun tak lama kemudian celotehan tersebut muncul lagi karena mereka mengalami hal yang sama di tempat barunya, sampai mereka menarik kesimpulan keras: Gue BOSEN KERJA.
Hal ini tidak dapat disalahkan karena budaya kita membuat kita untuk selalu berorientasi pada hasil bukan pada proses.
Ada tiga poin dasar dalam menghindari fenomena “bosen kerja”, yaitu disebut dengan API.
1. Aim from the heart.
Suatu pekerjaan akan menjadi menyenangkan apabila kita memiliki semangat dalam menjalaninya. Hal apa yang bisa membuat kita bersemangat dalam bekerja? Satu hal mendasar yang harus ada yaitu "API kecil" yang menjadi trigger kita dalam melakukan sesuatu.
Masalahnya adalah proses menemukan "API kecil" tersebut berbeda pada tiap orang. Ada yang sangat mudah menemukannya, ada yang sangat sulit, ada yang bisa menemukannya sendiri, bahkan ada yang memerlukan bantuan orang lain. Jika Anda merasa tidak bisa menemukan "API kecil" Anda sendirian, Anda bisa mencoba berdiskusi dan meminta masukan dari orang lain.
2. Price/Payment
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang bekerja sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, nilai ekonomis juga merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan. Apakah pekerjaan kita menunjang kebutuhan sehari – hari kita. Jangan sampai karena terlalu mengejar aim kita melupakan pemenuhan kebutuhan kita.
Di sinilah tugas kita untuk mencari hubungan antara api kecil kita dengan nilai ekonomis yang ingin dicapai. Jika kita tidak bisa menemukan hubungan api kecil dengan nilai ekonomis kita, buatlah link itu sehingga kita bisa memenuhi kebutuhan sekaligus bekerja dengan penuh semangat.
3. Impossible = I’m Possible
Dalam setiap proses untuk mencapai sesuatu, sering sekali ditemukan kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut lantas seolah menjadi tembok besar dalam proses yang tengah dijalani dan tidak jarang sampai pada satu kesimpulan fatal, yaitu: IMPOSSIBLE.
Dalam kata impossible sendiri sebenarnya terdapat kata "I’m" dan "possible", yang bermakna “mungkin”. Segala sesuatunya adalah mungkin, juga pada waktu gagal. Orang – orang sukses tidak pernah merasa dirinya gagal, namun melihat kegagalan sebagai bahan pembelajaran, dan merupakan bagian dari prosesnya menjadi sukses.
So, bosen kerja? Bosen kerjaannya? Nyalakan API-mu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RELATED POST

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...